Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma. Kota Roma dimulai dari perkampungan kecil di bukit-bukit Palatine dan Aventine. Diceritakan bahwa Romulus adalah raja pertama Roma, dan pendirian Roma secara tradisional terjadi pada 753 SM. Menurut legenda, Romulus merupakan keturunan pahlawan Troya, Aineias, yang bermigrasi ke Latium (Italia) setelah kejatuhan Troya.
Kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja. Raja ketujuhnya dikudeta dan rakyat Romawi menggantikannya dengan sistem pemerintahan republik pada 510 SM, sehingga Kerajaan Romawi berubah menjadi Republik Romawi. Pada masa kerajaan, tiga raja terakhir Romawi berasal dari bangsa Etruria (Toscana modern). Pada waku itu, bangsa Etruria adalah orang-orang yang paling kuat dan berpengaruh. Bangsa Etruria juga mengajari bangsa Romawi mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni, dan agama.
Romawi memenangkan serangkaian perang melawan musuh maupun sekutunya sendiri di daerah Latium. Pada abad ketiga SM, Romawi sukses menaklukan sebagian besar semenanjung Italia. Taras (kelak Tartentum) meminta Pirrhos dari Epiros untuk membebaskan kota-kota Yunani di Italia yang dikuasai oleh Romawi. Pirrhos memenangkan beberapa pertempuran (281-275 SM), namun kehilangan banyak sekali pasukan. Karenanya, Pirrhos pernah berkata, "jika sekali lagi kita menang, kita tetap akan dihancurkan oleh Romawi". Hingga kini, ungkapan "Kejayaan Pirrhos" diucapkan untuk menyatakan suatu kemenangan dengan pengorbanan yang besar.
Pada akhirnya, Romawi mengalahkan Yunani pada Pertempuran Beneventum (275 SM), dan Pirrhos harus angkat kaki dari Italia.
Pada saat kampanye militer Pirrhos di Italia dan Sisilia, Kartaghe merupakan sekutu Romawi, karena Pirrhos juga menyerang kota Kartaghe di Sisilia. Tetapi, di kemudian hari Romawi tertarik untuk menguasai Spanyol dan kepulauan Sardinia dan Korsika, yang saat itu dikendalikan oleh Kartaghe. Maka Kartaghe pun berkonfrontasi melawan Romawi dan terjadilan Perang Punik Pertama (264-241 SM). Pada akhirnya Kartaghe terpaksa harus menyetujui perjanjian dari Romawi.
Yang paling terkenal adalah Perang Punik Kedua (218-201 SM) ketika Kartaghe dipimpin oleh jenderal Hannibal Barca. Dengan membawa pasukan besar dari Kartaghe, Hannibal menginvasi Italia dan mengalahkan banyak legion Romawi. Hannibal menggunakan strategi serangan kejutan dan memenangkan pertempuran di Sungai Trebia (218 SM) dan di Danau Trasimene (217 SM). Pada Pertempuran Cannae, Hannibal kembali menunjukkan kehebatannya. Sementara Hannibal memimpin pasukan utamanya untuk menahan pasukan Romawi, sisa pasukannya mengelilingi pasukan Romawi dan memotong jalan keluar mereka. Pasukan Romawi lalu dihantam baik dari belakang maupun dari kedua sayap. Semua konsul dan dua mantan konsul Romawi terbunuh dalam pertempuran itu.
Romawi mengalami kerugian yang hebat namun mereka tidak menyerah pada Hannibal. Romawi lalu menunjuk salah satu jenderalnya, Quintus Fabius Maximus Kunktator, sebagai diktator. Strategi Fabius cukup sederhana: ikuti dan ganggu pasukan Hannibal, namun jangan lakukan pertempuran terbuka. Ini adalah jenis perang gerilya. Pada saat yang sama, Romawi mengirim pasukan yang dipimpin oleh Scipio bersaudara untuk menyerang basis Kartaghe di Spanyol, namun mereka terbunuh pada 211 SM. Scipio lain (anak dari salah satu Scipio yang terbunuh, kelak dikenal sebagai Scipio Afrikanus) memimpin serangan susulan dan berhasil menguasai Karthage Nova (Karthage baru) di Spanyol. Dia juga berhasil mengalahkan dan mengusir Hasdrubal Barca (adik Hannibal) dari Spanyol. Hasdrubal berusaha bergabung dengan kakaknya di Italia, namun usahanya digagalkan. Hasdrubal dikalahkan pada Pertempuran Metaurus (207 SM). Dengan perginya Kartaghe dari Spanyol, Scipio mengalihkan perhatiannya ke pusat pemerintahan Kartagahe, yaitu di Afrika. Hannibal tak punya pilihan selain meninggalkan Italia dan kembali ke Kartaghe.
Sebuah pertempuran besar terjadi di Zama pada 202 SM. Hannibal dan Scipio belum pernah bertempur sebelumnya, namun Scipio telah mempelajari taktik dan strategi Hannibal. Kali ini, pasukan kavaleri Romawi jumlahnya lebih banyak, dan Scipio menggunakan metode pengepungan milik Hannibal. Scipio mengirimkan pasukan kavalerinya untuk menyerang pasukan Hannibal dari belakang. Pada akhirnya, Kartaghe lagi-lagi harus menyetujui perjanjian damai hasil bikinan Romawi.
Tetapi, perdamaian dengan Kartaghe tidak menghentikan Romawi untuk mencari daerah jajahan baru di luar Italia. Pada saat kampanye militer Kartaghe di Italia, Filipos V (Philip V) dari Makedonia ikut membantu Kartaghe. Akibatnya Romawi pun menyerang Makedonia. Filipos V dikalahkan pada pertempuran di Kinosefalai (197 SM). Sekutu Filipos, Antioklos dari Suriah dan Asia Minor, juga ikut diserang dan dikalahkan. Di kemudian hari, Romawi kembali berperang melawan Makedonia, kali ini Makedonia dipimpin oleh putra Filipos V, yaitu Perseus. Makedonia dikalahkan pada pertempuran di Pidna (168 SM) dan Makedonia pun menjadi daerah jajahan Romawi.
Sementara itu Kartaghe di Afrika dan Korintus di Yunani bangkit melawan Romawi. Namun Romawi mampu mengalahkan mereka. Pada 146 SM, Romawi membakar habis kota Kartaghe dan Korintus. Romawi juga menjual semua penduduk Korinthos sebagai budak dan mengambil semua benda seni mereka. Dengan demikian, Afrika dan Yunani pun menjadi daerah kekuasaan Romawi.
Pada abad pertama SM, terjadi pemberontakan sipil di kota Roma. Para jenderal Romawi (yang sekalgus merupakan gubernur) saling memperebutkan kekuasaan. Pada 49 SM, terjadi lagi perang sipil antara Julius Caesar dan Pompey Magus. Caesar berhasil mengalahkan Pompey dan kembali ke Roma untuk membuat beberapa perubahan pada sistem politik Romawi. Namun dia dibunuh pada 44 SM. Persekutuan sementara didirikan oleh Oktavianus (keponakan Caesar), dan Markus Antonius (Mark Antony), salah satu anak buah Caesar. Mereka berbagi kekuasaan, Oktavianus memerintah wilayah barat, sedangkan Antonius mengurusi wilayah timur, seperti Yunani dan Suriah. Suatu hari, Antonius jatuh cinta pada Cleopatra, ratu Mesir dan mantan kekasih Caesar. Antonius lalu menceraikan saudari Oktavanianus dan menikahi Cleopatra, akibatnya terjadi perang antara keduanya. Oktavianus berhasil mengalahkan Antonius pada pertempuran laut di Aktium pada 31 SM. Antonius dan Cleopatra lalu bunuh diri.
Sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan, Oktavianus pun menjadi kaisar pertama Romawi pada 30 SM. Pada 27 SM, Oktavianus kembali ke Roma dan mulai melakukan reformasi pemerintahan. Namanya diganti menjadi Augustus Caesar. Romawi akhirnya kembali pulih setelah perang sipil yang panjang. Karya-karya Virgilus dan Ovidius bermunculan pada periode ini.
Selama perang sipil, Romawi memberikan kewarganegaraan Romawi pada para sekutunya, setelah Perang Sosial (91-89 SM). Pada masa Julius Caesar, kewarganegaraan boleh diberikan pada orang non-Italia, misalnya orang Galia, dan pada orang yang ingin tinggal di Kekaisaran Romawi. Salah satu warga Romawi yang terkenal adalah Saulus yang Yahudi, yang kelak dikenal sebagai Rasul Paulus.
Banyak di antara kaisar Romawi yang tak dilahirkan di kota Roma. Mungkin satu-satunya syarat untuk menjadi kaisar Romawi adalah harus warga Romawi. Kadanag, Senat memilih orang sebagai kaisar, namun di lain waktu, kandidat kaisar dicalonkan oleh pasukan Romawi di berbagai provinsi.
Augustus meninggalkan dinasti di Romawi setelah dia meninggal pada 41 M. Dia diteruskan oleh pemerintahan Tiberius (14-37 M), Caligula (37-41 M), Klaudius (41-54 M) dan Nero (54-68 M). Dinasti itu berakhir setelah kaisar Nero wafat pada 68 M. Dia bunuh diri setelah rakyatnya memberontak padanya. Setelah Nero, Romawi dipimpin oleh tiga kaisar dan masa pemerintahan mereka berlangsung pendek.
Pada 69 M, gubernur Romawi, Vespasianus (69-79 M), menjadi kaisar dan mendirikan dinasti yang baru. Di digantikan oleh putranya Titus (79-81 M) dan Domitianus (81-96 M).
Kekaisaran Romawi mencapai level dan stabilitas yang baru ketika dipimpin oleh kaisar Trajanus (98-117 M), Hadrianus (117-138 M) dan Antoninus Pius (138-161 M). Markus Aurelius (161-180 M) harus menjalani serangkaian pertempuran melawan kaum barbar di perbatasan Romawi. Dia digantikan oleh Kommodius, yang dibunuh pada 192 M. Pada abad ketiga M, terjadi gejolak dan pemberontakan di Romawi yang menyebabkan keterpurukan ekonomi.
Kaisar Diocletianus (284-305 M) dan koleganya Maximianus berusaha membangun kembali kekaisaran. Pengganti Diocletianus adalah Konstantius, yang merupakan ayah Constantinus Agung (312-337 M). Adalah Constantinus yang memindahkan ibukota ke Bizantium, yang namanya diganti menjadi Konstantinopel. Constantinus juga menjadikan Nasrani sebagai agama negara, walaupun dia sendiri baru dibaptis menjelang saat-saat kematiannya.
Pada abad keempat Masehi, perbatasan Romawi mendapat tekanan hebat dari kaum barbar, terutama oleh kaum Jerman. Kekaisaran Romawi lalu dibagi menjadi dua (394), dan masing-masing dipimpin oleh putra-putra kaisar Theodosius: Honorius memerintah di Romawi Barat, dan Arkadius berkuasa di Romawi Timur. Ada dua kelompok kaum Goth yang paling merusak Romawi, yaitu Visigoth dan Ostrogoth. Kaum Visigoth, dipimpin oleh Alarik, menyerang kota Roma pada 410 M. Karena hal ini, Honorius memanggil pulang legionnya yang sedang bertugas di Britania dan menyuruh mereka untuk mengabaikan daerah tersebut. Romawi Barat lalu diserang oleh Attila orang Hun, yang pasukannya berasal dari Asia Tengah. Attila dikalahkan pada Pertempuran Chalons di Perancis pada 451 M. Attila meninggal pada 453 M, namun setahun sebelumnya Atilla sempat menghancurkan daerah Aquileia di Italia Utara.
Adalah kaum Ostrogoth yang berhasil menaklukan Kekaisaran Romawi Barat. Pemimpin Ostrogoth, Odoaker, mengangkat dirinya sebagai Raja Italia. Dia juga mengasingkan kaisar terakhir Romawi, Romulus Augustus, ke Campagnia pada 76. Kaum Ostrogoth lainnya, dipimpin oleh Theodorik Agung, menginvasi Italia pada 489 M dan mendirikan kerajaan di Italia utara pada 493 M. Masa pemerintahan Theodorik berakhir pada 526 M, namun legendanya tetap abadi. Theodorik menjadi pahlawan dalam mitologi Norwegia, dan dia dikenal sebagai Dietrich dari Verona (atau Theodorik dari Bern).
Hukum Romawi memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan hukum di dunia Barat.
Agama Romawi Kuno bersifat politeis, dengan banyak dewa dan dewi.
Kejatuhan Kekaisaran Romawi
Beberapa faktor yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat adalah invasi bangsa barbar, masalah ekonomi, dan korupsi.
Pembagian Kekaisaran:
Kekaisaran Romawi terbagi menjadi dua bagian, yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur (Bizantium). Romawi Barat runtuh pada abad ke-5 M, sedangkan Romawi Timur bertahan hingga tahun 1453.
Hukum Romawi menjadi dasar bagi sistem hukum di banyak negara Eropa.
Bahasa Latin, bahasa resmi Kekaisaran Romawi, menjadi dasar bagi banyak bahasa Eropa.
Bangunan-bangunan Romawi seperti Colosseum dan Pantheon masih berdiri hingga saat ini.
Sistem pemerintahan Romawi memengaruhi perkembangan pemerintahan di banyak negara.
Topik-topik menarik lainnya yang bisa Anda pelajari:
Petarung profesional yang menghibur penonton di Colosseum.
Kisah-kisah tentang dewa-dewi Romawi.
Kehidupan sehari-hari:
Bagaimana orang Romawi kuno hidup dan bekerja.
Seni dan sastra Romawi:
Karya-karya seni dan sastra yang dihasilkan oleh peradaban Romawi.
Apakah ada topik spesifik tentang Romawi Kuno yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan:
Siapa kaisar Romawi yang paling terkenal?
Apa perbedaan antara republik dan kekaisaran?
Bagaimana sistem perbudakan bekerja di Roma Kuno?
Apa saja peninggalan Romawi yang masih bisa kita lihat saat ini?
Asal nama Jepara berasal dari kata \x22ujung para\x22, kemudian berubah menjadi \x22ujung mara\x22 dan \x22Jumpara. Kata \x22ujung para\x22 dapat diartikan sebagai tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.
Menurut buku Sejarah Dinasti Tang (618-906 M) pada 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah berkunjung ke negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa. Keraaan ini diyakini berada di Keling, kawasan timur Jepara sekarang. Kaling dipimpin raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal tegas.
Penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M). Sebagai bandar perdagangan yang kecil dan baru ada 90-100 orang. Jepara dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak.
Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadikan mata rantai perdagangan Nusantara.
Setelah Pati Unus wafat, penggantinya adalah sang ipar, Faletehan/Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya.
Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Pada kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Nimas Ratu Kalinyamat.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549/1579), Jepara berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di pulau Jawa yang melayani ekspor dan impor. Disamping itu menjadi pangkalan angkatan laut yang dirintis sejak masa kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara pada saat itu sebagai Bandar Niaga yang sangat ramai, Ratu Kaliyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme yang anti penjajahan. Itu dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka untuk mengempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574.
Tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai Rainha de epara Sonora de Rica, yang memiliki arti Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Pada saat itu serangan ratu yang gagah berani itu melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan kurang lebih 5.000 orang prajurit. Tapi serangan tersebut gagal, namun semangat patriotisme Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bengsa portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Pada Oktober 1574 sang Ratu Kelinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15 ribu orang prajurit pilihannya. Pengiriman armada militer kedua ini dipimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai Quilimo.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antar Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka Komplek kuburan yang disebut sebagai makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat juga sangat berjasa dalam budayakan seni ukir yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir patih Badardawung yang berasal dari negeri Cina.
Menurut sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, disebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan sejahtera. Maka penetapan hari jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penuasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala Trus Karya Tataning Bumi atau terus bekerja keras membangun daerah.
Selain itu muncullah beberapa tempat wisata yang sangat indah di kota Jepara seperti pantai, bukit, air terjun, hingga gunung yang sangat indah. Yang paling banyak diincar wisatawan adalah keindahan pantainya, tidak hanya pasir dan tempat pantai yang bersih melainkan berkat pemandangan yang alami.
Kalau ingin healing ke pantai adalah pilihan tepat, cocok jadi tempat bersantai sambil menikmati pemandangan matahari terbenam berwarna kuning keemasan yang sangat eksotis. Dan wisata alam yang unggulan dan ikonik dari kabupaten Jepara adalah Pulau Karimunjawa. Dari kota menuju tempat tersebut kita harus menyeberang dengan kapal selama 3-5 jam.
Walaupun jauh tapi keidahan alam di Karimunawa berhasil menghipnotis banyak wisatawan terutama akan keindahan bawah laut yang masih sangat asri dan terjaga dengan baik.
Sebelum mengenal pertandingan seperti UFC, bagaimana pertunjukan tarung zaman dulu? Pada masa Romawi Kuno, masyarakat Romawi dipuaskan dengan pertunjukan para gladiator di arena. Seperti namanya, "gladiator" memiliki arti "pemegang pedang" karena gladius memiliki arti "pedang".
Mulai naik popularitas pada abad ke-1 SM hingga abad ke-2 Masehi, tarung gladiator mulai turun pamor hingga menghilang pada abad ke-4 Masehi. Meski begitu, sejarah telah mencatat berbagai sosok gladiator ulung yang mewarnai sejarah. Inilah tujuh sosok gladiator legendaris dari sejarah Romawi Kuno.
Marcus Attilus lahir sebagai seorang warga Romawi merdeka. Meski begitu, Marcus mendaftar ke sekolah gladiator atas kemauannya sendiri. Pada saat itu, pertarungan para gladiator dibagi secara merata berdasarkan pengalamannya: pendatang baru melawan pendatang baru hingga veteran melawan veteran.
Saat bertarung di Pompeii, Marcus yang masih baru malah dihadapkan dengan Hilarus, seorang gladiator veteran yang memenangkan 12 dari 14 pertarungan sekaligus jagoan Kaisar Nero. Tidak mau kalah, Marcus malah membuktikan dirinya dengan mengalahkan Hilarus.
Setelah Hilarus, Marcus dihadapkan juga dengan seorang petarung hebat, Lucius Raecius Felix, yang memenangkan 12 pertarungan dan belum pernah kalah. Hasilnya, lagi-lagi Marcus yang keluar sebagai pemenang. Kepahlawanan Marcus lalu diabadikan dalam bentuk gambar grafiti di luar Gerbang Nocerian, Pompeii.
Populer pada abad ke-1 Masehi, Spiculus mengawali kariernya dengan bersekolah gladiator di kota Capua, Italia Selatan. Seperti Marcus, Spiculus juga dihadapkan dengan veteran pemenang 16 pertandingan, Aptonetus. Kejutan, Spiculus tidak hanya mengalahkan Aptonetus, melainkan juga membunuhnya.
Kemenangan Spiculus membuatnya jadi kesayangan Kaisar Nero, sehingga sang Kaisar menghujani Spiculus dengan hadiah dan kemewahan. Bahkan, Spiculus diberikan sebuah istana tersendiri! Namun, hal ini tak membuat Spiculus setia kepada Nero.
Pada 68 Masehi, Nero menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Gaius Julius Vindex. Sudah terpojok dan tak akan selamat, Nero mengharapkan Spiculus yang membunuhnya. Namun, Spiculus tak kunjung datang. Akhirnya, Nero memutuskan untuk bunuh diri.
Mungkin kamu mengenalnya sebagai karakter yang diperankan oleh Joaquin Phoenix. Di usia ke-16, Commodus memerintah Romawi Kuno bersama ayahnya, Marcus Aurelius. Namun, setelah Aurelius meninggal pada 180 Masehi, Commodus memegang kekuasaan tunggal.
Dikenal sebagai seorang diktator bengis, Commodus kerap menyamakan dirinya dengan Hercules, putra Jupiter yang super kuat. Hal ini terlihat dari berbagai patung Commodus yang dipahat mengenakan kulit singa (seperti Heracles dengan kulit Singa Nemea).
Selain kaisar, Commodus juga adalah seorang gladiator yang tak terkalahkan. Tentu saja, tak ada gladiator yang berani melawan sang Kaisar atau bisa kena ganjaran hukuman mati. Jadi, mereka menyerah dan Commodus pun menang. Tak puas, Commodus juga bertarung melawan hewan buas dan (tentu saja) menang.
Pada 192 Masehi, Commodus akhirnya menemui ajalnya di ajang gulat. Gagal diracun, Commodus akhirnya setuju untuk bertarung gulat dengan Narcissus, yang kemudian mencekiknya hingga wafat pada usia 31 tahun.
Baca Juga: 10 Kaisar Romawi yang Mengakhiri Hidupnya dengan Tragis
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Memiliki garis keturunan dari Suriah, Flamma (yang berarti "api") naik pamor sebagai gladiator unggul saat pemerintahan Kaisar Hadrian. Bertarung di Sisilia, Flamma membukukan 34 pertandingan. Dari 34 pertandingan tersebut, Flamma menang 21 kali. Meski kalah 13 kali, Flamma tetap dibiarkan hidup oleh wasit.
Karena kehebatannya, Flamma sempat ditawarkan untuk bebas dari posisi gladiator sebanyak empat kali. Namun, Flamma tetap menolak dan bertarung hingga akhirnya wafat pada usia 30 tahun, lagi-lagi usia yang tergolong jauh dibanding gladiator lain yang umumnya wafat di usia 20-an.
Kisahnya diadaptasi oleh dunia hiburan. Spartacus (Σπάρτακος) tercatat sebagai warga Suku Trakia yang dijual dan menjalani pelatihan gladiator di Capua. Meski begitu, Spartacus sebenarnya tidak pernah bertarung. Muak dengan siksaan di sekolah gladiator, Spartacus memimpin 70 gladiator muda untuk kabur ke Gunung Vesuvius pada 73SM.
Lalu, didukung oleh ratusan ribu pasukan, Spartacus memulai Perang Budak Ketiga pada 72SM. Terlihat makin kuat, Senat Romawi lalu menugaskan Marcus Licinius Crassus untuk meredam pemberontakan Spartacus dan kawan-kawan. Nahas, Crassus berhasil meredam dan menghabisi Spartacus beserta pasukannya.
Mereka yang selamat dari pasukan Spartacus ditangkap lalu disalibkan oleh Crassus. Masih menjadi misteri, konon, tubuh Spartacus tak ditemukan meski diyakini wafat di medan peperangan di Sungai Siler.
Selain Spartacus, Crixus juga termasuk dalam 70 gladiator yang kabur dari sekolah gladiator di Capua. Gladiator yang berasal dari kaum Galia ini dipilih menjadi salah satu dari tiga pemimpin selaim Spartacus dan Oenomaus. Bersama mereka, Crixus ikut bertempur dalam Perang Budak Ketiga.
Pada akhir 73SM, Crixus dan sekitar 30.000 pengikutnya memisahkan diri dari Spartacus karena alasan yang tidak dijelaskan. Lalu, pada 72 SM, Crixus dan pasukannya bertempur dengan pasukan Romawi dekat Monte Gargano dan sayangnya, mereka gugur dalam pertempuran tersebut.
Spartacus mendengar bahwa Crixus wafat di medan pertempuran dengan berani. Lalu, Spartacus mengadakan pertunjukan gladiator kecil-kecilan dan memaksa serdadu Romawi untuk bertarung hingga wafat. Sekitar 300 sampai 400 serdadu Romawi wafat karenanya.
Salah satu kelas gladiator adalah bestiarii (petarung hewan). Dari para gladiator bestiarii, Carpophorus adalah yang paling terkenal. Malah, ia lebih terkenal membunuh hewan dibanding bertarung dengan sesama gladiator di Colosseum.
Carpophorus sudah biasa bertarung dengan singa, beruang, macan, dan badak yang berukuran lebih besar. Konon, Carpophorus dikisahkan membunuh 20 hewan berbeda dalam satu kali pertempuran. Saking hebatnya, sang gladiator sampai disebut mirip Hercules.
Itulah tujuh sosok gladiator paling terkenal dalam sejarah Romawi Kuno. Bukan main tangguhnya, dan mungkin lebih tangguh dari petarung masa kini! Dari ketujuh sosok gladiator tersebut, mana yang menurutmu paling memorable?
Baca Juga: Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kuno
Nationalgeographic.co.id—Banyak anak tidak berhasil melewati masa kanak-kanaknya pada zaman Romawi kuno. Hal ini lantaran banyaknya penyakit yang muncul dan berbahaya sebelum ditemukannya vaksin pada akhir abad ke-18. Lalu bagaimana kehidupan di anak-anak dalam sejarah Romawi kuno?
Tahapan Masa Kecil Romawi
Di zaman modern, kita memandang masa kanak-kanak dan masa muda seseorang memiliki tahapan yang berbeda. Misalnya, jika seseorang masih bayi hingga ia berusia sekitar 5 atau 6 tahun dianggap sebagai anak-anak dan memasuki tahap remaja dimulai usia 13 tahun atau lebih. Namun, masyarakat Romawi kuno menganggap seseorang ketika mencapai usia 13 atau 14 tahun sebagai orang dewasa muda.
Pendidikan Anak di Roma
Saat ini, pendidikan adalah hal yang penting bagi masa kanak-kanak. Sistem pendidikan Romawi mencerminkan kurikulum pendidikan yang telah berkembang dalam masyarakat Yunani sejak abad keenam SM.
Orang kaya mempunyai guru privat, sementara yang lain bersekolah di sekolah setara Romawi. Di sana mereka belajar membaca dan menulis bahasa Latin dengan baik dan juga bahasa Yunani, bahasa budaya.
Kurikulumnya berfokus pada tata bahasa, retorika, dan filsafat di atas segalanya, sementara unsur mitologi dan sastra Yunani dan Romawi juga dimasukkan.
Anak laki-laki diharapkan unggul dalam retorika, pidato, dan filsafat seiring bertambahnya usia, dengan aliran Stoic menjadi yang terpenting dalam bidang yang terakhir. Sebaliknya, anak perempuan diharapkan belajar menjahit dan menjalankan rumah tangga.
Keluarga dan Perceraian di Roma Kuno
Dalam catatan sejarah Romawi kuno, sebagian besar anak-anak terkena dampak perceraian. Namun, berbeda dengan mayoritas masyarakat pra-modern, masyarakat Romawi sangat liberal dalam pendekatan mereka terhadap perceraian.
Sebagian besar masyarakat mengharuskan individu yang sudah menikah untuk membenarkan perpisahan yang sah dengan menyoroti perselingkuhan pasangannya atau alasan lain yang mengharuskan diakhirinya perkawinan mereka. Bagi orang-orang Romawi, sudah cukup jika salah satu dari mereka yang terlibat memutuskan bahwa mereka tidak ingin lagi menikah dengan yang lain.
Jika mereka sudah muak dengan suami atau istri, mereka dapat memulai proses perceraian dan memperolehnya dengan mudah. Hal ini memastikan bahwa banyak anak-anak Romawi adalah anak-anak hasil perceraian.
Dampaknya cukup besar karena merusak hubungan antara ibu dan anak, karena anak hasil perkawinan selalu tinggal bersama ayahnya. Tentu saja kontak dengan ibu akan tetap terjaga, namun hal ini pasti berdampak pada psikologi anak.
Selain itu, karena perceraian sangat umum terjadi pada zaman Romawi, anak-anak sering kali tumbuh bersama saudara tiri dan saudara tiri. Sayangnya, respons emosional terhadap semua ini tidak ada dalam sumber tertulis kami saat itu.
Adopsi di Zaman Romawi
Elemen lain dari masa kanak-kanak Romawi yang perlu diingat, khususnya bagi putra dan putri kelas atas adalah prevalensi adopsi dalam masyarakat Romawi.
Adopsi tersebar luas. Banyak orang Romawi mengadopsi orang-orang dari luar klan atau kerabat dekat mereka, seperti sepupu pertama, keponakan laki-laki, atau keponakan perempuan.
Seringkali hal ini dilakukan sebagai cara untuk memilih ahli waris yang layak untuk menyukseskan diri sendiri, daripada mengandalkan garis keturunan. Contoh utama dari hal ini adalah Oktavianus, yang diadopsi oleh paman buyutnya, Julius Caesar.
Memang benar, sebagian besar kaisar Julio-Claudian yang mengikuti Kaisar Augustus hingga Nero pada tahun 60an M adalah kerabat angkat dalam keluarga Julio-Claudian yang lebih luas.
Pola ini bahkan lebih ekstrim lagi pada abad kedua M ketika masing-masing dari apa yang disebut 'Lima Kaisar yang Baik', Nerva, Trajan, Hadrian, Antoninus Pius, dan Marcus Aurelius, mengadopsi penerus mereka. Oleh karena itu, banyak anak Romawi yang diadopsi atau dibesarkan dalam rumah tangga yang memiliki saudara laki-laki atau perempuan angkat.
Secara umum, seseorang mulai memasuki masa dewasanya sekitar waktu yang sama dengan saat kita menganggap anak-anak menjadi remaja saat ini.
Memang tidak jarang orang Romawi menikah ketika mereka berusia 13 atau 14 tahun. Namun, karena sifat patriarki masyarakat Romawi, maka paterfamilias, kepala rumah tangga, tetap memegang kendali atas keputusan yang dibuat oleh putra dan putri hingga dia meninggal.
Seseorang tidak dapat dikatakan menjadi orang dewasa yang sepenuhnya mandiri sampai ayah keluarganya meninggal.
Hal ini memastikan bahwa bangsa Romawi mempunyai elemen pembangunan yang tertahan di masyarakat mereka, dimana anak-anak lelaki berusia tiga puluhan masih tunduk pada ayah mereka lama setelah kita tidak lagi menganggap manusia sebagai anak-anak saat ini.
Oleh karena itu, terdapat kontradiksi yang aneh mengenai bagaimana masa kanak-kanak berakhir pada usia dini di antara orang-orang Romawi dan sering kali berlanjut hingga dewasa.
Kura-Kura Leher Ular Rote Terancam Punah, Masyarakat Jadi Kunci Konservasi